Tidak Cuma Iman saja yang Fluktuatif: Perasaan dan pertemanan pun sama

Mungkin sudah tidak asing lagi kata “fluktuatif” bagi kita, karena kata serapan ini sudah sering digunakan dalam pembicaraan baik formal maupun non-formal. Fluktuatif secara sederhana dapat dimaknai sebagai kondisi ketidak tetapan, ketidak tetapan seperti apakah yang dimaksud? Ketidaktetapan tergantung dari sesuatu yang didmaksudkan, seprti untuk “harga fluktuatif” artinya harga mengalami naik turun secara bergantian, contoh lain adalalh “emosional fluktuatif” artinya emosionalnya labil, kadang senang dan dalam waktu yang relativ singkat sedih kembal. Jadi fluktuatif itu bisa dimaknai kondisi naik turunya sesuatu.

Mengenai naik turunya iman Rasulullah SAW pernah bersabda yang isi kandunganya adalah bahwa iman itu bersifat naik dan turun, maka dari itu segera upgrade dengan ucapan “TAHLIL”(aja ngomong bid’ah ya J red), “LAILAHAILLALLAH MUHAMMADAROSULULLAH”,sebenarnya tidak sekedar cukup dalam lisan, namun lebih lanjut dipahami maknanya serta dikontekstualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Rasa merupakan fitrah yang dimiliki manusia dan merupakan karunia dari sang pencipta sedangkan perasaan merupakan kelanjutan dari rasa yang dimiliki oleh setiap insan, emang bedanya apa rasa dan perasaan? #kepo J, baik saya beri penjelasaan sederhana,” rasanya manis gula itu dan perasaan manis gula itu”, kira-kira sama tidak?, heh..!! malah bengong !, hehe enggih ndoro, jadi singkatnya rasa itu lebih objektif dan perasaan itu subjektif, jadi kalau sudah menyangkut perasaan pasti orang lebih cendrung memakai hati tapi kalau rasa itu lebih rasional dan bersifat jamak artinya antara satu orang dengan orang lainya relativ sama, ko malah ngelantur jauh mari kembali kefluktuasinya perasaan. Perasaan itu bersifat fluktuatif kadang bisa naik dan turun, karena yang namanya perasaan itu rentan oleh faktor pengganggu dan faktor pemacu. Faktor pengganggu dan pemacu itu sangat tergantung dari komunikasi yang dibangun dan apa yang sudah lahir ada pada diri masing-masing orang, maksudnya? Gini lho, komunikasi itu kunci dari fluktuasinya perasaan, karena jika kita mis dapat berakibat naik, sebaliknya komunikasi yang hangat dapat memacu meningkatnya perasaan dalam diri. Mengenai masalah pembawaan lahir, setiap manusia pasti memiliki suka dan tidak suka terhadap suatu hal dan memiliki sifat dan sikap yang tercemin menjadi kepribadiaan. Jika tidak dapat mentolerir dan mengendalikanya, maka akan menimbulkan fluktuasi yang signifikan.

Tentang pertemanan dan persahabatan, pastilah terjadi suatu gonjangan baik skala mikro maupun makro, hal ini wajar, karena masing-masing orang pasti memiliki prinsip, latar belakang dan proses yang berbeda, namun jika tidak dapat memahami sesame dengan baik, hal itu dapat merentankan hubungan pertemanan itu, lebih buruk jika yang dipandang sebagai kebenaran adalah keogoisan, tak Cuma membuat fluktuasi serta iklim persahabatan ini tidak baik, bahkan bisa menjadikan musuh antara satu orang dengan orang yang lainya (NAUDZUBILLAH MINDZALIK). Jika pada iman cara upgradingnya dengan kalimat tahlil, maka untuk perasaan kata kuncinya adalah “Tolerir” serta fikiran dan hati yg sejuk dan tidak lupa perasaan dan ikatan itu didasari oleh “HABLILLAH” atau Tali Ilahi, kalau bisa memaksimalkan cara-cara tersebut, insya Allah “IMAN, PERTEMANAN PERSAAN” akan menuju kearah yang stabil “MUtmainnah” wallahu’alam J