WELCOME IN MY BLOG

SELAMAT DATANG DI BLOG AHMAD NURKHOLIS MAJID

Minggu, 03 Agustus 2014

EMPAT TIPOLOGI HUBUNGAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN (SAINS)

gambar http://3.bp.blogspot.com/
Dewasa ini ada 4 pandangan mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama yang dianut secara luas :Konflik, independensi, dialog dan integrasi.
      Konflik, Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19, dengan tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking.
Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara keduanya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.
orang-orang yang menafsirkan kitab suci secara harfiah percaya bahwa teori evolusi bertentangan dengan kepercayaan keagamaan. Para ilmuan ateistik mempertahankan suatu filsafat materialisme dan memperlihatkan bahwa evolusi tidak sejalan dengan bentuk ateisme. Bagi kedua kelompok itu, ilmu pengetahuan dan agama adalah bermusuhan. Pandangan ini paling banyak mendapat perhatian dalam media, oleh karena konflik memang merupakan berita yang lebih mengasyikan daripada distingsi-distingsi yang dibuat oleh ilmuan dan teolog yang percaya kepada Allah maupun evolusi.
Independensi, Konflik dapat dihindarkan kalau ilmu pengetahuan dan agama tetap berada  dalam ruang-ruang hidup manusia yang terpisah. Ilmu pengetahuan dan agama berurusan dengan ranah yang berbeda dan aspek yang berbeda. Ilmu pengetahuan bertanya tentang bagaimana sesuatu bekerja dan mengandalkan data publik yang objektif.Agama bertanya tentang nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih besar bagi kehidupan pribadi. Dalam pandangan ini, dua bentuk wacana tidaklah bersaiangan karena mereka melayani fungsi-fungsi yang benar-benar berbeda. Dua jenis jenis penyelidikan  itu menawarkan pandangan-pandangan yang saling melengkapi tentang dunia, pandangan-pandangan yang tidak saling menyingkirkan satu sama lain. Pemisahan ruang (kompartementalisasi) semacam ini memang menghindarkan konflik, tetapi dengan resiko terjadinya interaksi yang konstruktif.
Dialog, mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya. Salah satu  bentuk dialog  adalah perbandingan metode-metode dari dua bidang itu, yang bisa saja memperlihatkan kemiripan-kemiripan bahkan ketika perbedaan-perbedaan itu diakui. Misalnya unuk membayangkan sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung (misalnya Allah) digunakanlah model-model konseptual dan analogi-analogi. Dialog juga dapat muncul ketika ilmu pengetahuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tapal-tapal batasnya, pertanyaan-pertanyaan pada taapal-tapal, pertanyaan –pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya sendiri, misalnya:mengapa alam semesta ini ada, dan mengapa dia serba teratur dan dapat dimengerti. Meski ilmu pengetahuan dan agama kurang-lebih independen, toh bisa saja analogi-analogi yang menarik diantara konsep-konsep khusus dalam kedua bidang tersebut.

Integrasi, Beberapa orang mengupayakan suatu integrasi yang lebih sistematis antara ilmu pengetahuan dan agama. Mereka yang berbeda dalam  tradisi teologi natural (natural theology) berharap bisa menemukan sebuah bukti (atau setidaknya petunjuk kearah bukti) akan keberadaan Allah. Orang lain berangkat dari tradisi keagamaan tertentu dan memperlihatkan bahwa banyak hal dari keyakinanya sejalan dengan ilmu pengetahuan modern, tetapi beberapa keyakinanya harus dirumuskan kembali dalam terang sorotan teori-teori imiah khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar