![]() |
gambar http://3.bp.blogspot.com/ |
Konflik, Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19, dengan
tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta
Stephen Hawking.
Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim
yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang
berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara keduanya.
Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang
bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya.
Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.
orang-orang yang menafsirkan kitab suci secara harfiah percaya bahwa
teori evolusi bertentangan dengan kepercayaan keagamaan. Para ilmuan ateistik
mempertahankan suatu filsafat materialisme dan memperlihatkan bahwa evolusi
tidak sejalan dengan bentuk ateisme. Bagi kedua kelompok itu, ilmu pengetahuan
dan agama adalah bermusuhan. Pandangan ini paling banyak mendapat perhatian
dalam media, oleh karena konflik memang merupakan berita yang lebih mengasyikan
daripada distingsi-distingsi yang dibuat oleh ilmuan dan teolog yang percaya
kepada Allah maupun evolusi.
Independensi, Konflik dapat dihindarkan kalau ilmu pengetahuan dan agama tetap berada dalam ruang-ruang hidup manusia yang terpisah. Ilmu pengetahuan dan agama berurusan dengan ranah yang berbeda dan aspek yang berbeda. Ilmu pengetahuan bertanya tentang bagaimana sesuatu bekerja dan mengandalkan data publik yang objektif.Agama bertanya tentang nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih besar bagi kehidupan pribadi. Dalam pandangan ini, dua bentuk wacana tidaklah bersaiangan karena mereka melayani fungsi-fungsi yang benar-benar berbeda. Dua jenis jenis penyelidikan itu menawarkan pandangan-pandangan yang saling melengkapi tentang dunia, pandangan-pandangan yang tidak saling menyingkirkan satu sama lain. Pemisahan ruang (kompartementalisasi) semacam ini memang menghindarkan konflik, tetapi dengan resiko terjadinya interaksi yang konstruktif.
Dialog, mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya. Salah satu bentuk dialog adalah perbandingan metode-metode dari dua bidang itu, yang bisa saja memperlihatkan kemiripan-kemiripan bahkan ketika perbedaan-perbedaan itu diakui. Misalnya unuk membayangkan sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung (misalnya Allah) digunakanlah model-model konseptual dan analogi-analogi. Dialog juga dapat muncul ketika ilmu pengetahuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tapal-tapal batasnya, pertanyaan-pertanyaan pada taapal-tapal, pertanyaan –pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya sendiri, misalnya:mengapa alam semesta ini ada, dan mengapa dia serba teratur dan dapat dimengerti. Meski ilmu pengetahuan dan agama kurang-lebih independen, toh bisa saja analogi-analogi yang menarik diantara konsep-konsep khusus dalam kedua bidang tersebut.
Independensi, Konflik dapat dihindarkan kalau ilmu pengetahuan dan agama tetap berada dalam ruang-ruang hidup manusia yang terpisah. Ilmu pengetahuan dan agama berurusan dengan ranah yang berbeda dan aspek yang berbeda. Ilmu pengetahuan bertanya tentang bagaimana sesuatu bekerja dan mengandalkan data publik yang objektif.Agama bertanya tentang nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih besar bagi kehidupan pribadi. Dalam pandangan ini, dua bentuk wacana tidaklah bersaiangan karena mereka melayani fungsi-fungsi yang benar-benar berbeda. Dua jenis jenis penyelidikan itu menawarkan pandangan-pandangan yang saling melengkapi tentang dunia, pandangan-pandangan yang tidak saling menyingkirkan satu sama lain. Pemisahan ruang (kompartementalisasi) semacam ini memang menghindarkan konflik, tetapi dengan resiko terjadinya interaksi yang konstruktif.
Dialog, mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya. Salah satu bentuk dialog adalah perbandingan metode-metode dari dua bidang itu, yang bisa saja memperlihatkan kemiripan-kemiripan bahkan ketika perbedaan-perbedaan itu diakui. Misalnya unuk membayangkan sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung (misalnya Allah) digunakanlah model-model konseptual dan analogi-analogi. Dialog juga dapat muncul ketika ilmu pengetahuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tapal-tapal batasnya, pertanyaan-pertanyaan pada taapal-tapal, pertanyaan –pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya sendiri, misalnya:mengapa alam semesta ini ada, dan mengapa dia serba teratur dan dapat dimengerti. Meski ilmu pengetahuan dan agama kurang-lebih independen, toh bisa saja analogi-analogi yang menarik diantara konsep-konsep khusus dalam kedua bidang tersebut.
Integrasi, Beberapa orang mengupayakan suatu integrasi yang lebih sistematis antara ilmu pengetahuan dan agama. Mereka yang berbeda dalam tradisi teologi natural (natural theology) berharap bisa menemukan sebuah bukti (atau setidaknya petunjuk kearah bukti) akan keberadaan Allah. Orang lain berangkat dari tradisi keagamaan tertentu dan memperlihatkan bahwa banyak hal dari keyakinanya sejalan dengan ilmu pengetahuan modern, tetapi beberapa keyakinanya harus dirumuskan kembali dalam terang sorotan teori-teori imiah khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar