الحمد لله على نعمه فى هذا
الشهر العظيم, شهر ذى الحجة لتقرب الى الله الكريم أحمده حمدا يفوق حمد الحامدين
واستعينه انه خير المعين واتوكل عليه برزقه انه ثقة المتوكلين. أشهد أن لااله الا
الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة
للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما
كثيرا...اما بعد.
فياعباد
الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله, فقد فاز المتقون قال الله تعالى فى كتابه الكريم
ومن يعظم شعائرالله فانها من تقوى القلوب
Hadirin jamaah Shalat
Jum’at Rahimakumullah.
Marilah kita memanjatkan
puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, biqouli Alhamdulillah, karena berkat
rahmat dan karunianya kita masih diberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah
shalat jum’at hari ini. Pada kesempatan kali ini khatib mengajak diri sendiri
serta jamaah sekalian, untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, dengan takwa
yang sebenar-benarnya. Takwa yang secara umun dimaknai dengan menjalankan
segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
Tanggal 10 Dzulhijah
yang kebetulan jatuh pada hari kamis 24 september 2015 kemarin dalam masehi
merupakan hari yang sangat spesial. Pada
hari ini terjadi sebuah peristiwa bersejarah yang akan terus terkenang dibenak
umat manusia. Idul Adha, begitulah kita saat ini mengenalnya. Idul Adha
merupakan hari raya umat islam yang dilatarbelakangi oleh kisah kasih sayang
dari bapak dan anak. Nabiyullah ibrahim A.S. dan Ismail A.S., keduanya adalah
nabi dan juga rasul, namun dibalik itu semua keduanya adalah ayah dan anak.
Dilema pun menghantui nabi ibrahim, manakala datang perintah untuk menyembelih
anaknya sendiri, satu sisi ia tidak kuasa untuk menolak perintah Allah namun
satu sisi ia tak sampai hati jika harus mengorbankan anaknya sendiri.
Pintu dialog pun dibuka
oleh Ibrahim A.S. kepada Ismail A.S. terkait dengan perintah penyembelihan
dirinya. Dengan berat hati Ibrahim A.S. pun menyampaikan pada anaknya tersebut,
namun dengan ringan dan tanpa pikir panjang anaknya menerima jika dia harus
dikorbankan. Percakapanya pun diabadikan dalam Al-Quran surat As-Shaffat ayat
101:
قَالَ
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa
pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS
Aa-saffat: 102)
Hadirin jamaah Shalat
Jum’at Rahimakumullah
Banyak pelajaran yang
dapat dipetik dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim AS. Di
antaranya, pertama: ketelanan Nabi Ibrahim sebagai suami dan ayah. Dalam
keluaganya, Nabi Ibrahim adalah kepala keluarga. Ia membina keluarganya sesuai
dengan tuntunan Allah.
Sebagai suami, Ibrahim
berlaku adil kepada istrinya. Kedua istrinya, Sarah dan Hajar, taat kepada Nabi
Ibrahim. Ketaatan istri tersebut tentu tidak terlepas dari kemuliaan pribadi
dan ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT.
Hal ini mengajarkan
kepada kita bahwa jika ingin ditaati oleh istri, seorang suami harus mampu
menampilkan dirinya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab,
berkepribadian luhur, cinta pada keluarga, dan berperilaku sesuai dengan
tuntunan agama.
Akan sulit bagi seorang
suami yang menginginkan istrinya taat dan shalehah, sementara suami sendiri
memiliki akhlak yang buruk. Akan sia-sia jika suami lebih menginginkan istrinya
berubah ke arah yang lebih baik, sementara pribadi sang suami tersebut tidak
pula mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang ia lakukan. Sejatinya,
ubahlah diri sendiri, maka Allah akan mempermudah jalannya untuk mengubah
orang-orang yang dipimpinnya, termasuk istri dan anak-anaknya.
Sebagai seorang ayah,
Nabi Ibrahim AS tampil sebagai pendidik yang penuh kasih sayang, demokratis,
dan menjadi teladan. Perhatikanlah dialog Nabi Ibrahim ketika menjalankan
perintah Allah untuk menyembelih Ismail.
Dalam dialog yang
dikemukakan Alquran di atas, terlihat Nabi Ibrahim sangat menyayangi dan
anaknya dan bersifat demokratis. Sifat kasih sayang itu tergambar dari pilihan
kata yang digunakannya ketika menyeru buah hatinya: ya bunayya (hai anakku).
Penggunakan kata ya bunayya merupakan panggilan penuh kasih sayang kepada
anaknya.
Kemudian, Ibrahim meminta
pendapat kepada anaknya ketika diperintah untuk menyembelih sang anak
tersebut. Tampak jiwa demokratis seorang ayah yang sebelumnya telah berupaya
menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik kepada Ismail.
Jangankan mengajak untuk
kebaikan yang menguntungkan secara lahiriah, ketika diajak untuk mengorbankan
nyawa sekali pun, sang anak rela tanpa protes. Kita tentu bertanya, upaya apa
yang dilakukan oleh Ibrahim sehingga anaknya setaat itu?
Semua itu tidak terlepas
dari doa, usaha, dan keteladanan yang dilakukan oleh Nabi Ibarahim. Alquran
mengabadikan doa Nabi Ibrahim,
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Wahai Tuhanku,
anugerahkan kepadaku anak yang shaleh (Qs. ash-Shaffat/37: 100).
Hadirin jamaah Shalat
Jum’at Rahimakumullah
Hal ini mengajarkan kepada
kita agar senantiasa berdoa untuk memperoleh anak yang shaleh. Anak adalah
amanah. Ia bisa menjadi fitnah (al-Anfal/8: 28). Karena itu, berdoa dan
berlindunglah kepada Allah agar kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk
mendidik anak yang shaleh sehingga ia tidak menjadi fitnah yang merugikan.
Doa itu juga diiringi dengan
usaha. Usaha itu bisa berupa upaya yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam memilih
jodoh. Siti Hajar, meskipun berkulit hitam, berstatus budak, tetapi imannya
teguh, akhlaknya mulia, taat beragama dan patuh pada suaminya.
Usaha seperti ini juga
diajarkan dalam Alquran. Allah menegaskan bahwa seorang budak yang beriman jauh
lebih berharga dari pada seseorang yang musyrik, meskipun menarik hati (Qs.
al-Baqarah/2: 221).
Karena itu, jika
menginginkan anak yang shaleh, mulailah dari memilih jodoh. Jika istri yang
dipilih biasa mengabaikan perintah Allah, bagaimana mungkin ia akan mampu
mendidik anak yang shaleh. Bukankah ibu merupakan guru pertama bagi seorang
anak?
Nabi Ibrahim juga
menjadi teladan bagi anaknya. Ibrahim membawa Ismail untuk membangun Ka’bah
lalu berdiam di sekitarnya (Qs. Ibrahim/14: 37). Nabi Ibrahim memberi contoh
secara langsung bagaimana cara beribadah kepada Allah, bukan sekedar nasihat.
Upaya ini sejatinya kita
teladani dengan konsisten menjadi contoh yang baik kepada anak keturunan kita;
bukan sekedar menceritakan contoh kebaikan saja.
Kedua, profil Siti Hajar
sebagai ibu yang pendidik. Siti Hajar memainkan perannya sebagai ibu yang
bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Ia seorang ibu yang tangguh,
pantang menyerah dan tak kenal putus asa.
Ketika bayinya meronta
kehausan, Siti Hajar berlari-lari mencari air. Dari Shafa ke Marwa,
berulang-ulang untuk mencari air demi memenuhi kebutuhan jasmaniah anaknya.
Peristiwa itu kemudian diabadikan dalam ritual ibadah Sa’i ketika Haji dan
Umrah.
Siti Hajar juga
menyerang Iblis dengan lontaran batu ketika Iblis mencoba untuk merusak
ruhaniyah anaknya agar menolak keputusan Ibrahim menyembelih Ismail atas
perintah Allah. Lontaran batu itu juga menjadi ibadah melontar jumrah dalam
ibadah Haji.
Hal ini menunjukkan
bahwa Siti Hajar melindungi fisik dan ruhaniyah anaknya. Siti Hajar menjadi
pendidik pertama dan laksana sekolah bagi anaknya. Al-Ummu Madrasah, Ibu
adalah sekolah.
Siti Hajar juga
menampilkan dirinya sebagai sosok istri yang patuh pada suami dan taat kepada
Allah. Meskipun terasa berat menerima keputusan Ibrahim untuk taat pada
perintah Allah agar menyembelih putra semata wayangnya, tetapi demi
kepatuhannya kepada sang suami dan ketaatannya pada Allah, Siti Hajar rela tanpa
bantahan sekecil apa pun.
Sikap ini seharusnya
diteladani oleh setiap istri. Seorang istri harus patuh pada suami selagi
tidak bertentangan dengan ketaatan pada Allah SWT.
Ketiga, profil Nabi
Ismail sebagai anak shaleh. Nabi Ismail tidak membantah perintah ayahnya. Malah
Ismail menguatkan hati ayahnya agar tabah menjalankan perintah tersebut. Ia
berkata: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Kesalahen Ismail
sejatinya menjadi inspirasi dan tauladan bagi generasi muda saat ini. Seorang
pemuda harus siap berkorban apa saja untuk berbakti kepada orang tua. Waktu,
pikiran, tenaga, bahkan jiwanya sekali pun ia korbankan demi baktinya pada
orang tua sehingga mereka bangga memiliki anak seperti dia. Namun kepatuhan
pada orang tua itu tidak boleh bertentangan dengan perintah Allah.
Seorang anak harus
bangga melihat orang tuanya taat kepada Allah, meskipun harus mengorbankan
hal-hal yang dicintainya di dunia ini. Karena itu, seorang anak perlu pula
memberi dukungan dan semangat kepada orang tuanya agar tetap konsisten
menegakkan kebenaran.
Dengan begitu ketaatan
dan kemuliaan pribadi sang anak akan memberi energi positif kepada orang
tuanya. Inilah kebanggan orang tua yang tak ternilai harganya.
Kepatuhan, ketaatan,
pengorbanan, dan keteladanan merupakan kata kunci dari keberhasilan keluarga
Nabi Ibrahim as. Karena itu, Allah menganugerahkan kebahagiaan pada
keluarganya. Bahkan melalui istri pertama, Siti Sarah, juga melahirkan Ishaq
yang kelak juga menjadi nabi.
Semua itu pun disyukuri
oleh Nabi Ibrahim a.s. “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan
kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq”. Namun rasa syukur itu tetap
diringi dengan kepasrahan sepenuh hati kepada Allah seraya berdoa: Ya
Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku (Ibrahim/14: 39-40).
Hadirin jamaah Shalat
Jum’at Rahimakumullah
keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan
anak soleh. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang soleh dan solehah, pasti
tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim
dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa.
Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan
sabda Nbi Saw dalam mendidik anak-anak muslim: “Didiklah anak-anakmu pada tiga
perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca al-Qur’an”. (HR.
Tabrani).
Dan Nabi juga bersabda:
علموا اولادكم فانهم مخلوقون في زمان غير زمانكم
“Didiklah anak-anakmu
karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu”.
Sejatinya, pelaksanaan
Hari Raya Idul Adha/Hari Raya Kurban di tahun ini, menjadi momentum bagi kita
untuk mengevaluasi keluarga kita masing-masing. Kisah teladan Nabi Ibrahim
hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita untuk membentuk keluarga
sakinah, mawaddah dan rahmah, dalam ridha Allah SWT. Amin
اللهم ربنا اصرف عنا عذاب
جهنم إن عذابها كان غراما, إنها سائت مستقرومقاما, ربنا هب لنا من أزواجنا
وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما, بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ
وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ
بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَ
Bosan kalah Poker melulu,yuk gabung bersama kami di DNA POKER..
BalasHapusAdapun bonus-bonus yang kami berikan untuk para pecinta poker Indonesia
♠ Bonus New Member 20% max bonus Rp 300.000,-
♣ Bonus setiap Deposit max bonus Rp 100.000,-
♥ Bonus Cashback rollingan 0,3%
♦ Bonus Refferal 15% ( Seumur Hidup )
♠ Minimal Deposit Rp 10.000,-
♥ Minimal Withdrawal Rp 30.000,-
So tunggu apa lagi segera daftar agen poker terbaik dan agen poker terpercaya ---->>> DNAPOKER
Untuk info lebih lanjut dapat Hubungi Livechat kami Atau :
WA : +8558692773
BBM : E33FF559
Wechat : DNAPOKER
Link Altenatif kami :
dnawin. co
dnawin. net
dnapoker. com